Jumat, 20 Desember 2013

Hakikat Berbicara Tanpa Persiapan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bagi sebagian orang, bicara di depan umum adalah hal biasa. Tampil di podium ibarat ngobrol ke sana kemari hingga waktunya habis. Namun, bagi orang kebanyakan, meskipun mereka adalah mahasiswa atau bahkan guru, bicara di hadapan khalayak ramai mengundang ketakutan tersendiri. Bicara runtut dengan ide pokok yang jelas ternyata bukan perkara yang mudah. Karena pada hakekatnya tujuan utama berbicara adalah untuk berkomukasi (Tarigan, 1981 :16). Apalagi, bila tiba-tiba kita diminta menggantikan seseorang yang batal hadir untuk mengisi sambutan atau ceramah.
Berani tampil ke muka adalah sebuah tantangan. Kita tentu diharapkan mampu menaklukkan tantangan tersebut dengan lihai. Kita tidak semestinya mundur teratur tatkala kita dipilih menjadi “tumbal” sebuah acara penting yang harus terlaksana. Memang, siapa pun, bahkan presiden SBY, sebelum tampil di depan masyarakat, perlu persiapan mental dan materi yang menarik. Rasanya tidak puas jika kita bicara langsung tanpa adanya planning. Namun, bagaimana bila kita dihadapkan kepada situasi yang sulit? Mundur malu, maju pun tak siap?
Nah, di sini perlu manajemen otak yang cepat. Meskipun banyak orang memilih menghindari tantangan daripada menyambutnya, nampaknya kita perlu melatih diri untuk selalu siap materi ketika berbaur dengan orang banyak. Dengan bekal tersebut, di saat kita “ketiban sampur” alias jadi pengganti tiba-tiba, mental kita bisa bekerja keras untuk tetap tegar dan siap gagal. Prinsip siap gagal adalah salah satu sugesti yang mampu mendorong kita untuk berani menanggung resiko. Toh, kita sudah menang satu langkah karena bisa menghindarkan kegagalan sebuah acara meskipun tidak sempurna. Misalnya, pada suatu acara keagamaan, sang ustad tidak hadir. Padahal, acara “ular-ular” atau mauidzah hasanah itu harus ada. Pada kondisi ini, ketegaran jiwa dan kematangan mental akan diuji tatkala kita diminta sebagai badalnya. Rumit terasa, tetapi ini adalah sebuah “ujian” kehidupan yang harus kita jalani. Kita harus memilih sebagai pahlawan daripada sebagai pecundang.
Seorang pembicara adalah ibarat seorang artis (Wendra, 2012), untuk itu kita sebagai delegasi dan penerus bangsa indonesia hendaknya mampu tampil ke muka dengan intelegasi normal dan penuh sikap mawas diri, ketika ditunjuk untuk tampil mendadak menjadi pembicara yang mampu membawa dan menarik simpati pendengar.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut. Apa yang dimaksud dengan hakikat berbicara tanpa persiapan?, apa saja sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara tanpa persiapan ? dan apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara tanpa persiapan?
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
PEMBAHASAN
1.     Hakikat Berbicara Tanpa Persiapan      
Berbicara adalah “kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan (Tarigan, 1981 :6). Menurut Djago Tarigan (1998) menjelaskan bahwa berbicara adalah kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.  Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah kempuan mengucapkan bunyi suara untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang ada didalam pikiran manusia dalam bentuk pendapat, percakapan , wawancara, pidato, kepada lawan bicara dengan memperhatikan struktur kalimat pelapan, intonasi, ekspresi  dan suara agara tersampaikan dengan benar. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomukasi ( Tarigan, 1981 : 16 ).
            Dalam mengembangkan keterampilan berbicara ada beberapa aspek, salah satunya yaitu, berbicara tanpa persiapan (mendadak). Pada hakikatnya berbicara tanpa persiapan dapat juga disebut dengan To Aldlib/ ad libbing / ad libs berarti mengatakan sesuatu tanpa persiapan atau memberikan komentar secara spontan. Kata ini berasal dari bahasa latin “ ad libitum” yang berarti mempertun ujukkan dengan bebas atau kekebasan  ( to be perform with freedom). Hanya dengan bekal sperti fonetik, artikulasi dan iterpretasi yang sudah di kuasai dengan baik, maka seorang ad lib announcer dan dapat memikat dan menarik simpati pendengar atau penonton.
Berbicara tanpa persiapan biasanya sering dilakukan oleh beberapa penyiar yang sudah berpengalaman. Karena dalam melakukannya, mereka jarang melihat catatan yang mereka bawa dan hanya memandu secara spontan. Ada beberapa langkah agar berbicara tanpa persiapan bisa dilakukan dengan baik yaitu :
1.      Tahu apa yang dibicarakan
Pada saat kita membawakan sebuah acara secara adlibs, dipastikan kita harus menguasai semua materi dengan baik. Akan sangat buruk hasilnya jika nantinya muncul dengan ketidaksiapan materi. Maka adlibs akan gagal total dan penyiar akan terlihat ketidaksiapannya. Langkah terbaik sebelum melakukan siaran secara adlibs adalah riset. Dengan melakukan riset, kita bisa mengetahui banyak hal, mempelajari satu persatu permasalahan yang akan kita sampaikan. Tanpa riset, bisa dipastikan akan gagal siaran adlibs.
2.      Berminat dengan apa yang akan dikatakan
Memang sulit untuk menumbuhkan minat pada sesuatu yang mungkin baru kita kuasai. Namun setidaknya, jika ada kemauan untuk mau mempelajari dan menguasai, minat pasti akan tumbuh. Tanpa adanya niat, maka dalam diri kita akan ada penolakan yang nantinya akan berujung ketidaksiapan kita menyampaikan sebuah materi. Untuk menumbuhkan minat memang harus riset dan mempelajari sesuatu dari sisi sisi yang menarik terlebih dahulu.
3.      Berhasrat untuk berkomunikasi dengan pendengar atau penonton
Hal ini akan terjadi hanya jika kita benar benar ingin berkomunikasi dan menganggap berbicara di radio atau televisi adalah sesuatu yang menyenangkan. Pastikan kita bisa mengembangkan imajinasi jika kita berbicara dengan orang banyak yang berarti banyak pula keinginan mereka.
4.      Mencoba mengembangkan kepribadian yang menarik
Dengan berusaha mengembangkan kepribadian yang menarik, maka kita akan berusaha tampil maksimal yang berarti pula kita akan berusaha tampil sebaik mungkin.
Namun semua ini tak ada gunanya jika tidak pernah berlatih. Berlatih sangat penting untuk semakin membiasakan berbicara secara adlibs. Tanpa berlatih mustahil semuanya bisa berjalan dengan baik. Salah satu kunci yang harus dipegang adalah  “Jangan pernah berhenti berlatih”.
2.     Sikap Mental yang Harus Dibina dalam Berbicara Tanpa Persiapan
Kegiatan berbicara tanpa persiapan merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara tanpa persiapan dijelaskan berikut ini.
 
1.      Rasa Komunikasi
            Dalam berbicara tanpa persiapan harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar. Jika rasa keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi yang timpang. Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat, seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah komunikasi yang aktif.
2.      Rasa Percaya Diri
Dalam berbicara tanpa persiapan, seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan apa yang disampaikannya.
3.    Rasa Kepemimpinan
Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik.
Pembicara yang memiliki kemampuan dan mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.
 
3. Hal-hal yang Perlu DiPerhatikan dalam Berbicara Tanpa Persiapan
            Dalam situasi dan kondisi tertentu, kadang kala seorang diminta berbicara atau ditunjuk  untu berbicara secara mendadak. Tiaklah baik kalau dilakukan penolakan terhadap penunjukkan tersebut karena betapa pun akan mempengaruhi citra diri oran yang ditunujuk tersebut. Dalam kondisi seperti ini pembicara harus melakukan berbicara tanpa persiapan atau berbicara mendadak. Metode berbicara seperti ini disebut dengan metode  impromptu (serta merta atau mendadak).
            Hal seperti di atas tidak perlu dicemaskan karena pada prinsipnya siapa pun dengan intelegensi normal dan mawas diri bisa membuat pembicaraan mendadak yang cemerlang dan dapat diterima (Carnegie, 2001: 150). Kemampuan untuk mengumpulkan pemikiran seseorang dan berbicara secara mendadak  bahkan lebih penting dalam beberapa hal dibandingkan dengan kemampuan berbicara hanya setelah persiapan yang panjang dan susah payah.           
            Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan berbicara tanpa persiapan.
1.      Praktikkan Berbicara Tanpa Persiapan
Berbicara sebagai suatu keterampilan dalam penguasaannya sangat diperlukan latihan-latihan praktik berbicara. Melalui latihan dan praktiklah akan tercipta suatu pengkondisian. Demikian hal dalam berbicara tanpa persiapan, sehinggan tidak asing lagi kalau dalam kursus-kursus keterampilan berbicara seperti yang dilakukan (Carnegie (2001), para siswanya dilatih juga berbicara tanpa persiapan atau mendadak.
Latihan atau praktik akan memberikan dua hal yaitu:
1.      Latihan-latihan telah membuktikan pada siswa untuk bisa berpikir sendiri.
2.      Pengalaman membuat siswa lebih merasa aman dan percaya diri ketika menyampaikan pembicaraan yang sudah dipersiapkan.
Jika sesuatu yang paling buruk harus terjadi dan mengalami kehilangan kata-kata, mereka masih bisa berbicara mendadak sampai menemukan jalurnya kembali.
Saat siswa diberikan tugas berbicara dengan topic yang mendadak yang tidak sesuai dengan keahliannya, mereka tidak menyerah. Mereka tidak berpura-pura menjadi orang yang ahli dibidang tersebut. Mereka mempelajari permasalahan dicocokkan dengan pengetahuan tentang sesuatu yang akrab dengan mereka. Jika para siswa dalam kursus dapat melakukannya, siapa pun pasti bisa asalkan dengan kemauan dan percaya diri.
2.      Siapkan Mental dalam Berbicara Mendadak
Dalam hal ini pembicara dihadapkan dengan masalah untuk menghadapi situasi dan memutuskan dalam waku singkat.  Salah satu cara yang terbaik adalah senantiasa menyiapkan mental terhadap situasi seperti ini. Jadi kondisikanlah mental untuk berbicara tanpa persiapan dalam segala kesempatan.
Tentunya semua itu akan membutuhkan pemikiran, dan berpikir merupakan sesuatu di dunia yang paling berat dilakukan. Tidak seorang pun dapat pernah membuat reputasi sebagai pembicara mendadak yang tidak mempersiapkan diri dengan mencurahakan waktu untuk menganalisis setiap situasi public. Orang yang sukses sebagai pembiacara mendadak mempersiapakan dirinya dengan membuat pembicaraan yang tidak terhitung. Pembicara seperti ini sebenarnya bukan mendadak, mereka berbicara dengan persiapan secara umum.
3.      Segera Berikan Contoh
Dalam pembicaraan, segeralah berikan contoh. Mengapa demikian? Ada tiga alasan mengapa harus segera memberikan contoh.
1.      Pembicara akan terbebas dari berpikir keras tentang kalimat selanjutnya sebab contoh merupakan pengalaman yang mudah diingat kembali bahkan pada situasi mendadak.
2.      Pembaca dapat membaca perhatian pendengar sekaligus. Contoh merupakan metode yang pasti untuk menangkap perhatian dengan cepat ketika pembicara sangat membutuhkan terutama selama momen pertama pembicaraan.
Dengan alasan tersebut, maka dengan segera memberikan contoh saat berbicara mendadak merupakan langkah yang tepat.
4.      Berbicara dengan Kekuatan dan Animasi
 
Berbicara dengan energy dan kekuatan,animasi eksternal, pembicara akan mendapatkan efek yang menguntungkan bagi proses mental. Hal ini akan memberikan kelancaran, kecermalangan dan menarik perhatian pendengar karena hubungan antara aktivitas fisik dan pikiran sangat erat. Pembicara menggunakan kata-kata yang sama untuk menggambarkan operasi manual dan mental. Segeralah memerintah tubuh, menyuruh pikiran berfungsi dengan langkah cepat. Itulah sebabnya Carnegei (2001) menasehati agar pembicara meleburkan diri tanpa batas pada pembicara. .
5.      Gunakan Prinsip di sini dan Sekarang
Seseorang tiba-tiba sadar bahwa pembawa acara sedang berbicara tentang dirinya. Semua orang memandangnya dan ia diperkenalkan sebagai pembicara selanjutnya. Dalam situasi pembicara harus tenang atau menenangkan dirinya. Umtuk itu terapkan prinsip di sini dan sekrang sebagai titik tumpu pembicaraan yang akan dilakukan. Ada tiga sumber yang terkait untuk dapat menggambarkan ide-ide  dalam pembicaraan mendadak seperti ini.
Pertama adalah pendengar itu sendiri. Untuk kemudian berbicara, berbicaralah tentang pendengar, siapa mereka dan apa yang sedang mereka lakukan, khususnya topic apa yang disampaikan pada masyarakat atau untuk kemanusiaan.
Kedua adalah peristiwa. Pikirkan situasi dan latar belakang pertemuan. Apakah saat itu hari peringatan, upacara pemberian tanda penghargaan, pertemuan tahunan, peristiwa politik dan lain sebagainya.
Ketiga, jika pembicara sebelumnya telah menjadi pendengar yang penuh perhatian, pembicara saat berbicara menyiratkan akan kesenangan akan sesuatu yang spesifik yang dikatakan pembicara lain sebelum anda dan menguatkan hal  tersebut.
6.      Jangan Berbicara Tanpa Persiapan Berlatihlah Berbicara Mendadak
Pernyataan di atas tampak kontradiktif namun kenyataan memang demikian. Sebagaiman telah disebutkan pada butir kedua yaitu dengan persiapan pembiacaraan seperti itu bukannya pembicaraan mendadak tetapi dengan persiapan secara umum (Carnegei,2001). Pembicara harus menjaga agar ide-ide tetap logis dengan mengelompokkan pikiran utama yang ingin dijelaskan.  Usahakan selalu siap memadatkan ide dalam beberapa patah kata. Sampaikan dengan singkat dan jelas.
 
 
                                                                                                                      
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat kami simpulkan bahwa hakikat berbicara tanpa persiapan adalah mengatakan sesuatu tanpa persiapan atau memberikan komentar secara spontan. Berbicara tanpa persiapan bisa dilakukan dengan baik dengan cara 1. tahu apa yang dibicarakan, 2. Berminat dengan apa yang akan dikatakan, 3. Berhasrat untuk berkomukasi dengan pendengar, 4. Mencoba mengembangkan kepribadian yang menarik. Sikap mental yang harus dibina dalam berbicara tanpa persiapan yaitu rasa komnikasi, rasa percaya diri, dan  rasa kepemimpinan. Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam berbicara tanpa persiapan yaitu :
1. Praktikkan berbicara tanpa persiapan
2. Siapkan mental dalam berbicar mendadak
3. Segera berikan contoh                                      
4. Berbicara dengan kekuatan dan animasi
5. Gunakan prinsip di sini dan sekarang
6. Jangan berbicara tanpa persiapan berlatih berbicara mendadak.

2. Saran
Untuk menjadi pembicara yang baik sekalipun tanpa persiapan, sebaiknya sebagai pembicara terlebih dahulu menyiapkan mental sebelum berbicara, dan memperhatikan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berbicara tanpa persiapan. Dengan begitu berbicara tanpa persiapan dapat dilakukan tentunya dengan cara berlatih terus menerus. 
 
            

UTS Mata Kuliah Puisi

Soal :
1.        Apa pentingnya mengetahui ragam puisi?
2.        Mengapa puisi itu dibagi berdasarkan ragam dan bentuknya?
3.        Jelaskan pembagian puisi menurut Heman J.Waluyo!
4.        Jelaskan bentuk perbedaan puisi mantra dan puisi konkret!
5.        Apa pentingnya bunyi pada puisi Stardji Calzoum Bachri?
6.        Mengapa puisi mbeling dapat dikategorikan sebagai puisi awam?
7.        Sebutkan ciri-ciri yang dapat dimasukan ke dalam puisi mbeling!
8.        Jelaskan letak perbedaan pantun dan puisi!
9.        Jelaskan rumusan pembagian puisi Jus Badudu!
10.    Siapakah yang dianggap sebagai penyair puisi kontemporer nonkonvensional?

Jawaban:
1.      Pentingnya mengetahui ragam puisi adalah untuk menambah wawasan tentang ragam puisi. Berguna untuk dalam menentukan bahwa sebuah karya sastra merupakan puisi atau bukan. Selain itu, agar kita bisa memahami dan menjelaskan tentang ragam puisi yang ditulis para penyair Indonesia atau menafsirkan maksud yang hendak disampaikan penyair.
2.      Puisi itu dibagi berdasarkan ragam dan bentuknya karena puisi itu memiliki cirri-ciri tersendiri yang dapat membedakan antara satu dengan lainya misalnya dilihat dari jumlah baris. Contoh : puisi baru ada yang terdiri 2 baris (disticon), 3 baris (terzina), dan 4 baris (quatrain).
3.      Pembagian puisi menurut Herman J. Waluyo adalah
a.       Puisi naratif, lirik dan deskriftif
b.      Puisi kamar dan puisi auditorium
c.       Puisi fisikal, platonik dan metafisikal
d.      Puisi subjektif dan objektif
e.       Puisi konkret
f.       Puisi diafan, puisi gelap, dan puisi prismatic
g.      Puisi pernasian dan puisi insfiratif
h.      Puisi stanza
i.        Puisi demonstrasi dan puisi pamphlet
j.        Puisi alegori
4.      Perbedaan bentuk puisi mantra dan puisi konkret adalah puisi Mantra, puisi yang menempatkan bunyi sebagai kekuatan gaib atau sublime yang dapat menimbulkan arti dan menciptakan daya magis. Dengan kata lain, puisi mantra adalah puisi yang mengikuti poila mantra. Akan tetapi, puisi mantra bukan hanya dibentuk dari struktur kata-katanya yang mempunyai rima dan ritma, melainkan dibentuk dari struktur batinnya, sedangkan puisi Konkret sering disebut sebagai puisi rupa karena lebih menekankan bentuk rupanya atau gambarannya atau ukirannya atau bendanya. Dengan kata lain, puisi konkret adalah pusi yang pengaturan puisinya membentuk gambar tertentu disesuaikan dengan judul, tema, dan pesannya.
5.      Pentingnya bunyi pada puisi Sutardji Calzoum Bachri adalah beliau beranggapan bahwa kekuatan makna dan juga karakter pada puisi Sutardji Calzoum Bachri terletak pada bunyi puisi yang dia sampaikan. Dari pusi dia menyampaikan karakter, melalui puisi dia menyampaikan nilai social, dan dari puisi pula dia menunjukan kekuatan.
6.      Puisi mbeling dapat dikategorikan sebagai puisi awam karena puisi mbeling menerima apa adanya dan karena keluguannya menerima persoalan tanpa keterbatasan ruang dan waktu atau absurd tak absurd.
7.      Ciri-ciri yang dapat dimasukkan ke dalam puisi mbeling adalah
a.       Menggunakan bahasa yang lugas
b.      Menyampaikan suatu kritik
c.       Membentuk lelucon
d.      Tidak terikat konvensi puisi pada umumnya
8.      Letak perbedaan pantun dan puisi adalah pantun terdapat 8 suku kata – 12 suku kata dalam 1 baris, terdapat 4 kata dalam 1 baris. Sedangkan  puisi : tidak ada aturan yang sangat mengikat seperti yang terdapat dalam pantun.
9.      Rumusan pembagian puisi menurut Jus Badudu adalah puisi dapat dibagi berdasarkan bentuknya, puisi lama (mantra, bidal, pantun, syair, seloka, gurindam, talibun, puisi dari bahasa asing), puisi baru (disticon, terzina, quatrain, quin sextet, septima, stanza, sonata, dan sajak).

10.  Penyair  puisi kontemporer  nonkonvensional ialah Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabar, Ibrahim Sattah, Husni Jamaludin, Noorca Marendra, Darmanto Jatman, Joss Sarhadi, Dharma Sari, B. Priyono, Widji Muthari, Frans Nadjira, Syahril Latif, sedangkan penyai yang terkena pengaruh 

Rabu, 18 Desember 2013

ANALISIS PUISI “TAMAN” KARYA CHAIRIL ANWAR DITINJAU DARI SEMIOTIKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Menurut Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. Sedangkan Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik. Kemudian Samuel Taylor Coleridge berpendapat bahwa puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
      Sebuah puisi merupakan ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya dalam satu bentuk ciptaan yang utuh dan menyatu. Secara garis besar, sebuah puisi terdiri atas 7 unsur, yaitu: tema, suasana, imajinasi, amanat, nada, suasana, dan perasaan. Sedangkan prinsip dasar sebuah puisi adalah berkata sedikit mungkin, tetapi mempunyai arti sebanyak mungkin. Dalam puisi dikenal pengkajian atau analisis yang ditinjau dari segi semiotikanya, dalam makalah ini kajian atau tinjauan semiotika pada puisi akan coba kami bahas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pendekatan semiotika?
1.2.2 Apa pengertian Ikon, Indeks, dan Simbol?
1.2.3 Bagaimana tinjauan semiotika dalam puisi “Taman” karya Chairil Anwar?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian pendekatan semiotika.
1.3.2 Mengetahui pengertian Ikon, Indeks, dan Simbol.
1.3.3 Mengetahuan tinjauan semiotika dalam puisi “Taman” karya Chairil Anwar.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Semiotika
Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan (Broadbent, 1980). Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Dalam bahasa Inggris semiotik didefinisikan sebagai berikut.
“Semiotics is usually definde as a general philosophical theory dealing with the production of signs and symbols as part of code systems which are used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to and can be perceived by all our senses) as they form code systems which systematically communicate information or massages in literary every field of human behaviour and enterprise.” (Semiotik biasanya didefinisikan sebagi teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).
v  Ferdinand De Saussure
Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa dan petanda adalah gambaran mental, pikiran atau konsep atau aspek mental dari bahasa. Istilah form (bentuk) dan content (materi, isi) diistilahkan juga dengan expression dan content, yang satu berwujud bunyi dan yang lain berwujud idea. Langange adalah suatu kemampuan bahasa yang ada pada setiap manusia yang bersifat pembawaan. Ia merujuk pada suatu fenomena bahasa secara umum, artinya langange memiliki segi individual dan segi sosial sehingga lahirlah dari langange itu dua aspek, yaitu langue dan parole.

v  Charles Sanders Peirce
Menurut Peirce (dalam Hoed,1992) tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan atau perasaan. Jika sesuatu, misalnya A adalah asap hitam yang mengepul di kejauhan, maka ia dapat mewakili B, yaitu misalnya sebuah kebakaran (pengalaman). Tanda semacam itu dapat disebut sebagai indeks; yakni antara A dan B ada keterkaitan (contiguity). Sebuah foto atau gambar adalah tanda yang disebut ikon. Foto mewakili suatu kenyataan tertentu atas dasar kemiripan atau similarity (foto Angelina Jolie, mewakili orang yang bersangkutan, jadi merupakan suatu pengalaman). Tanda juga bisa berupa lambang, jika hubungan antara tanda itu dengan yang diwakilinya didasarkan pada perjanjian (convention), misalnya lampu merah yang mewakili “larangan (gagasan)” berdasarkan perjanjian yang ada dalam masyarakat. Burung Dara sudah diyakini sebagai tanda atau lambang perdamaian; burung Dara tidak begitu saja bisa diganti dengan burung atau hewan yang lain, dan seterusnya.

2.2  Pengertian Ikon, Indeks, dan Simbol
1)      Ikon
Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, pass photo anda merupakan ikon anda sendiri, kemudian logo stasiun swasta yang menyerupai matahari sebagai ikon dari matahari yang telah disederhanakan. Ikon merupakan perwakilan dari ciri fisik (2 atau 3 dimensional) dimana bentuk tersebut menyerupai dengan apa yang direpresentasikannya. Ikon tidak memerlukan kesepakatan (konvensi) dalam memaknainya, Ikon bukan hanya berupa gambar yang disederhanakan namun setiap gambar yang mewakili obyek yang direpresentaikan.
2)      Indeks
         Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya. Atau   disebut juga tanda sebagai bukti. Contohnya: asap dan api, asap menunjukkan adanya api. Jejak      telapak kaki di tanah merupakan tanda indeks orang yang melewati tempat itu. Tanda tangan   (signature) adalah indeks dari keberadaan seseorang yang menorehkan tanda tangan itu. Contoh lain   adalah indeks semut yang berarti juga disitu ada gula.
3)      Simbol
      Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol berada pada ranah konotatif, sedangkan ikon merupakan ranah denotatif. Makna yang muncul dalam simbol memerlukan kesepakatan bersama (konvensi), sedangkan ikon tidak memerlukan konvensi. Simbol muncul karena kebutuhan manusia dalam hal komunikasi massa. Contohnya: simbol bintang yang merupakan tanda bagi seseorang berpangkat tinggi. Semakin banyak jumlah bintang yang dipasang pada seragam, maka semakin tinggi pula derajat dan jabatan orang tersebut.

2.3 Tinjauan Semiotika dalam Puisi “Taman” karya Chairil Anwar
“TAMAN”

Taman punya kita berdua
Tak lebar luas, kecil saja
Satu tak kehilangan lain dalamnya.
Bagi kau dan aku cukuplah
Taman kembangnya tak berpuluh warna
Padang rumputnya tak berbanding permadani
Halus lebut dipijak kaki.
Bagi kita bukan halangan.
Karena
Dalam taman punya berdua
Kau kembang, aku kumbang
Aku kumbang, kau kembang.
Kecil, penuh surya taman kita
Tempat merenggut dari dunia dan ‘nusia
                                                                                                Maret 1943

Dalam puisi “Taman”, pengarang Chairil Anwar menggunakan kata yang tidak hanya mengandung aspek denotasi saja namun juga ada aspek konotasi yang asosiasi-asosiasi keluar dari denotasinya, seperti:
Dua baris pertama terdapat Kata Taman adalah suatu tempat yang indah yang dihiasi dengan tumbuhan, namun dalam hal ini mempunyai makna konotasi sebagai sebuah rumah.
Kemudian dua baris kedua, kata Tak kehilangan berarti saling melengkapi, antara yang satu dengan yang lain saling melengkapi antar penghuni didalamnya.
Dua baris ketiga ada ungkapan Kembangnya tak berpuluh warna ialah bermakna hiasan/perabotan tidak banyak.
Tiga baris selanjutnya, mengandung ungkapan halus lebut dipijak kaki yang berarti susah senang bukan menjadi halangan.
Kemudian dua baris keenam, ada kata taman punya berdua yang berarti rumah milik berdua tak ada yang berani mencampuri.
Baris setelehnya juga terdapat ungkapan Kau Kembang, kembang disini tidak lagi berarti hiasan namun berarti Istri karena dilanjutkan dengan kata selanjutanya Aku Kumbang, kumbang disini bisa berarti suami, jelas jika bahwa kembang adalah sang wanita dan kumbang adalah sang pria yang saling membutuhkan.
Dan dua baris terkhir yakni Kata Penuh Surya berarti penuh dengan cahaya yang berarti penuh dengan keceriaan. Dan terakhir Merenggut: yang berarti meninggalkan.

Makna Ikon, Indeks, dan Simbol Pada Puisi “Taman” Karya Chairil Anwar
a.      Ikon, Judul puisi “Taman” merupakan “Ikon” keseluruhan puisi ini yang dikaitkan dengan citra sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa rumah merupakan tempat membina keluarga dan dihuni oleh sepasang suami istri.

b.      Indeks, Indeks yang terkandung dalam puisi “Taman” ialah pada kata “Kembang dan Kumbang”. Seperti yang kita ketahui bersama “Kembang dan Kumbang” ialah dua makhluk hidup yang saling membutuhkan satu sama lain. tanpa kehadiran kembang, kumbang tak bisa memperoleh makanan, begitu juga sebaliknya kembang tak dapat berkembangbiak tanpa bantuan dari seekor kumbang.

c.       Simbol, Puisi “Taman” buah karya Chairil Anwar selain terdapat tanda Ikon dan Indeks puisi ini juga memiliki simbol-simbol di dalamnya seperti kata “Permadani” yang menggambarkan dan melambangkan “Keindahan” serta “Kesempurnaan” sesuatu. Selain itu juga terdapat kata “Surya” yang berarti cahaya. Seperti yang digambarkan puisi di atas bahwa terdapat cahaya (surya) yang selalu menyinari rumah pasangan suami istri tersebut.








BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya tulis mengenai isi dalam makalah ini ialah Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol berada pada ranah konotatif, sedangkan ikon merupakan ranah denotatif.

Makna Ikon, Indeks, dan Simbol Pada Puisi “Taman” Karya Chairil Anwar adalah Judul puisi “Taman” merupakan “Ikon” keseluruhan puisi ini yang dikaitkan dengan citra sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa rumah merupakan tempat membina keluarga dan dihuni oleh sepasang suami istri. Indeks yang terkandung dalam puisi “Taman” ialah pada kata “Kembang dan Kumbang”. Seperti yang kita ketahui bersama “Kembang dan Kumbang” ialah dua makhluk hidup yang saling membutuhkan satu sama lain. tanpa kehadiran kembang, kumbang tak bisa memperoleh makanan, begitu juga sebaliknya kembang tak dapat berkembangbiak tanpa bantuan dari seekor kumbang. Puisi “Taman” buah karya Chairil Anwar selain terdapat tanda Ikon dan Indeks puisi ini juga memiliki simbol-simbol di dalamnya seperti kata “Permadani” yang menggambarkan dan melambangkan “Keindahan” serta “Kesempurnaan” sesuatu. Selain itu juga terdapat kata “Surya” yang berarti cahaya. Seperti yang digambarkan puisi di atas bahwa terdapat cahaya yang selalu menyinari rumah pasangan suami istri tersebut.

Senin, 16 Desember 2013

Sinopsis Novel "Tak Sempurna"

"Something has gone very wrong with our school"  inilah kalimat kunci dari novel Tak Sempurna. Tak Sempurna kurang lebih mewakili tentang harapan dan kegelisahan.  Dunia pendidikan atau dunia sekolahmerupakan dunia yang sangat kompleks—miniatur kehidupan manusia. Kita bisa melihat banyak aspek penting kehidupan dari sana: Hubungan antar-manusia, anak-anak, keluarga, orangtua, birokrasi, politik, agama, masyarakat, harapan, kekecewaan, masa lalu, masa kini, masa depan, semuanya. Tak Sempurna bercerita tentang sistem pendidikan di Indonesia yang disebut sebagi Gotham-nya Indonesia.  Suatu tempat di mana anak-anak dibesarkan di tengah keluarga yang tak memberikan kasih sayang, kehidupan bermasyarakat yang tak memberi harapan, dan kehidupan bernegara yang tak menjanjikan apa-apa kecuali perang-perang politik kepentingan memuakkan. Di kota semacam itu, sulit sekali menemukan contoh dan teladan yang baik, sekalipun dari kalangan tokoh-tokoh agama. Di kota itulah sekolah menjadi sekadar tempat “penitipan anak” bagi orangtua yang sibuk atau “tempat pembuangan anak” bagi orangtua yang tak peduli pada mereka. Juga ajang adu gengsi. Sementara itu, di tengah semua kekacauan sistem pendidikan, rekrutmen tenaga pengajar yang penuh kecurangan, dan kurikulum pendidikan yang berantakan, anak-anak ini masih ditekan dengan beban pelajaran yang kelebihan muatan, tugas-tugas, les panjang persiapan ujian, try out, ujian nasional, dan seterusnya. Sudah bisa diduga, tentu saja, anak-anak seperti apa yang dihasilkan kehidupan kota semacam itu—sistem pendidikan semacam itu? 
"Kami hidup di dunia yang tak sempurna. Saat pagi memaksa kami pergi sekolah untuk bekerja keras demi masa depan yang tak jelas. Guru-guru bagai diktator yang meneror kami agar menanam pohon masa depan yang seragam, disiram hapalan dan dipupuki serangkaian ujian yang membuat kami ketakutan. Kamilah anak-anak sampah, seperti kata Tuan dan Puan pemerhati pendidikan, tak punya masa depan! Maka kami meledakkan amarah dan kesedihan kami di jalanan, jadi tawuran atau perkelahian. Kami pecahkan jerawat batu pubertas kami dengan adegan-adegan telanjang di depan kamera atau di tempat-tempat gelap yang rahasia. Kami rayakan kesedihan kami dengan narkoba. Tapi di mana para orang tua saat kami rindu kasih sayang mereka? Kenapa mereka selalu sibuk? Di mana pemerintah, penegak hukum dan pemuka agama? Kenapa pelajaran moral tak pernah sungguh-sungguh kami dapatkan dari lingkungan kami yang nyata? Di bahu siapa kami bisa menangis? Di dada siapa kami bisa menemukan rasa bangga dan rasa percaya? Demi kebahagiaan dan waktu bermain kami yang direnggut, direbut, diringkas dan diringkus, kami menyatakan perang pada segala bentuk perampokan dan pengkhianatan terhadap hak-hak kami--baik sebagai anak-anak maupun sebagai manusia.

Hikayat Si Miskin


Karena sumpah Batara Indera, seorang raja keinderaan beserta permaisurinya bibuang dari keinderaan sehingga sengsara hidupnya. Itulah sebabnya kemudian ia dikenal sebagai si Miskin.
Si Miskin laki-bini dengan rupa kainnya seperti dimamah anjing itu berjalan mencari rezeki berkeliling di Negeri Antah Berantah di bawah pemerintahan Maharaja Indera Dewa. Ke mana mereka pergi selalu diburu dan diusir oleh penduduk secara beramai-ramai dengan disertai penganiayaan sehingga bengkak-bengkak dan berdarah-darah tubuhnya. Sepanjang perjalanan menangislah si Miskin berdua itu dengan sangat lapar dan dahaganya. Waktu malam tidur di hutan, siangnya berjalan mencari rezeki. Demikian seterusnya.
Ketika isterinya mengandung tiga bulan, ia menginginkan makan mangga yang ada di taman raja. Si Miskin menyatakan keberatannya untuk menuruti keinginan isterinya itu, tetapi istri itu makin menjadi-jadi menangisnya. Maka berkatalah si Miskin, “Diamlah. Tuan jangan menangis. Biar Kakanda pergi mencari buah mempelam itu. Jikalau dapat, Kakanda berikan kepada tuan.”
Si Miskin pergi ke pasar, pulangnya membawa mempelam dan makanan-makanan yang lain. Setelah ditolak oleh isterinya, dengan hati yang sebal dan penuh ketakutan, pergilah si Miskin menghadap raja memohon mempelam. Setelah diperolehnya setangkai mangga, pulanglah ia segera. Isterinya menyambut dengan tertawa-tawa dan terus dimakannya mangga itu.
Setelah genap bulannya kandungan itu, lahirlah anaknya yang pertama laki-laki bernama Marakarmah (anak di dalam kesukaran) dan diasuhnya dengan penuh kasih sayang.
Ketika menggali tanah untuk keperluan membuat teratak sebagai tempat tinggal, didapatnya sebuah tajau yang penuh berisi emas yang tidak akan habis untuk berbelanja sampai kepada anak cucunya. Dengan takdir Allah terdirilah di situ sebuah kerajaan yang komplet perlengkapannya. Si Miskin lalu berganti nama Maharaja Indera Angkasa dan isterinya bernama Tuan Puteri Ratna Dewi. Negerinya diberi nama Puspa Sari. Tidak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, perempuan, bernama Nila Kesuma.
Maharaja Indera Angkasa terlalu adil dan pemurah sehingga memasyurkan kerajaan Puspa Sari dan menjadikan iri hati bagi Maharaja Indera Dewa di negeri Antah Berantah.
Ketika Maharaja Indera Angkasa akan mengetahui pertunangan putra-putrinya, dicarinya ahli-ahli nujum dari Negeri Antah Berantah.
Atas bujukan jahat dari raja Antah Berantah, oleh para ahli nujum itu dikatakan bahwa Marakarmah dan Nila Kesuma itu kelak hanyalah akan mendatangkan celaka saja bagi orangtuanya.
Ramalan palsu para ahli nujum itu menyedihkan hati Maharaja Indera Angkasa. Maka, dengan hati yang berat dan amat terharu disuruhnya pergi selama-lamanya putra-putrinya itu.
Tidak lama kemudian sepeninggal putra-putrinya itu, Negeri Puspa Sari musnah terbakar.
Sesampai di tengah hutan, Marakarmah dan Nila Kesuma berlindung di bawah pohon beringin. Ditangkapnya seekor burung untuk dimakan. Waktu mencari api ke kampung, karena disangka mencuri, Marakarmah dipukuli orang banyak, kemudian dilemparkan ke laut. Nila Kesuma ditemui oleh Raja Mengindera Sari, putera mahkota dari Palinggam Cahaya, yang pada akhirnya menjadi isteri putera mahkota itu dan bernama Mayang Mengurai.
Akan nasib Marakarmah di lautan, teruslah dia hanyut dan akhirnya terdampar di pangkalan raksasa yang menawan Cahaya Chairani (anak raja Cina) yang setelah gemuk akan dimakan. Waktu Cahaya Chairani berjalan –jalan di tepi pantai, dijumpainya Marakarmah dalam keadaan terikat tubuhnya. Dilepaskan tali-tali dan diajaknya pulang. Marakarmah dan Cahaya Chairani berusaha lari dari tempat raksasa dengan menumpang sebuah kapal. Timbul birahi nahkoda kapal itu kepada Cahaya Chairani, maka didorongnya Marakarmah ke laut, yang seterusnya ditelan oleh ikan nun yang membuntuti kapal itu menuju ke Palinggam Cahaya. Kemudian, ikan nun terdampar di dekat rumah Nenek Kebayan yang kemudian terus membelah perut ikan nun itu dengan daun padi karena mendapat petunjuk dari burung Rajawali, sampai Marakarmah dapat keluar dengan tak bercela.
Kemudian, Marakarmah menjadi anak angkat Nenek Kebayan yang kehidupannya berjual bunga. Marakarmah selalu menolak menggubah bunga. Alasannya, gubahan bunga Marakarmah dikenal oleh Cahaya Chairani, yang menjadi sebab dapat bertemu kembali antara suami-isteri itu.
Karena cerita Nenek Kebayan mengenai putera Raja Mangindera Sari menemukan seorang puteri di bawah pohon beringin yang sedang menangkap burung, tahulah Marakarmah bahwa puteri tersebut adiknya sendiri, maka ditemuinyalah. Nahkoda kapal yang jahat itu dibunuhnya.
Selanjutnya, Marakarmah mencari ayah bundanya yang telah jatuh miskin kembali. Dengan kesaktiannya diciptakannya kembali Kerajaan Puspa Sari dengan segala perlengkapannya seperti dahulu kala.
Negeri Antah Berantah dikalahkan oleh Marakarmah, yang kemudian dirajai oleh Raja Bujangga Indera (saudara Cahaya Chairani).
Akhirnya, Marakarmah pergi ke negeri mertuanya yang bernama Maharaja Malai Kisna di Mercu Indera dan menggantikan mertuanya itu menjadi Sultan Mangindera Sari menjadi raja di Palinggam Cahaya.

Minggu, 15 Desember 2013

Karena Tak Selamanya Pelangi Itu Indah.

Hujan
Aku sangat membenci hujan
Hujan itu pengganggu
Hujan itu hanya membuat sakit
Dan membuatmu merasa melankolis
Karena dingin yang menusuk kulitmu
Membawamu kembali ke kenangan pahit terdahulu
Hujan itu hanya benalu
Selalu berwarna kelabu
Dan membuat suasana sekitarku menjadi sendu
Entahlah, aku sangat membencinya
Seperti aku membenci dia yang meninggalkanku
Meninggalkanku dan menyisakan luka di hati
Lalu kau datang dan berkata
Hujan itu bukan pengganggu
Hujan itu pertanda berkah
Hujan itu tidak akan membuatmu mendadak melankolis
Hujan itu pertanda kebahagiaan
Banyak orang yg mengharapkan datangnya hujan saat kemarau menyerang
Karena mereka percaya
Sesungguhnya hujan itu merupakan berkah dunia
Hujan rintik-rintik
Melodi indah yang dihasilkan oleh suara air yang membentur bumi
Kau menyukainya bukan?
Suasana romantis dan bahagia saat gerimis
Dan kau menikmatinya dengan secangkir kopi hangat
Kau lihat, hujan tidak seburuk yang kau bayangkan
Lalu kau pun menarik tanganku
Dengan senyuman yang mungkin hanya hujan yang mampu menerjemahkannya
Kau meyakinkanku bahwa hujan itu tidaklah seburuk yang dikira
Kau mengajakku menari dan berlari bersama di tengah derasnya hujan
Seketika kau pun mengubah semua prasangka burukku terhadap hujan
Yaa kini kusadari
Bahwa hujan itu ternyata indah
Bersamamu kusadari hujan itu anugerah
Anugrah yang mungkin hanya bisa kurasakan bersamamu
Bersama dengan suara tawamu
Dan senyum yang mungkin tak akan hilang
Selama hujan masih membasahi bumi
Tapi kini semua telah berubah
Kau telah pergi
Pergi seperti hujan reda yang tergantikan oleh pelangi dan matahari
Kemana hujan rintik-rintik yang romantis itu?
Entahlah, mungkin kau saat ini sedang bersenang-senang melukis pelangi bersamanya
Namun biarpun begitu
Aku selalu mengingat kata-katamu tentang hujan
Saat hujan, aku tak lagi mengeluh
Saat hujan, aku tetap menganggapnya sebagai pertanda berkah dan kebahagiaan
Karena kau, telah mengajarkan padaku
Bahwa hujan, tak selamanya membawa kesedihan
Karena kebahagian dan keceriaan yang kau bawa
Bersama dengan tetesan hujan begitu terasa
Biarpun cuma sesaat
Dan meski terkadang air mataku selalu menetes disaat hujan turun karena mengenangmu
Tapi…. hey, selama aku masih menikmati hujan dengan secangkir kopi
Kurasa tak masalah bukan? :)